Biopori Sebagai Upaya
Mengurangi Sampah Organik dan Manajemen Air Berkelanjutan
Yogyakarta – Pembuatan lubang biopori menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi banjir, sampah organik dan permasalahan air. Mengutip dari Republika Jogja, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) DIY menyebut bahwa kondisi mayoritas air sumur di Kota Yogyakarta tidak layak konsumsi.
Pada tahun 2015, Badan Pusat Statistik pernah mempublikasikan hasil Survei Kualitas Air (SKA) Yogyakarta. Hasil survei tersebut menunjukkan sekitar 62% rumah tangga di Yogyakarta memiliki air yang terkontaminasi bakteri E-coli. Persoalan ini memerlukan solusi cepat dan mudah dilakukan, salah satu solusinya yakni dengan membuat lubang biopori.
(Sosialisasi Pembuatan Lubang Biopori – Jum’at, 19 Juli 2024)
Dalam rangka mewujudkan upaya mengurangi permasalahan air di Yogyakarta, mahasiswa KKN Unit YO-054 Subunit 3 mengadakan sosialisasi pembuatan lubang biopori di Padukuhan Barepan, Moyudan. Sosialisasi dilakukan kepada bapak-bapak RW 18 karena berdasarkan penuturan Kepala Dukuh, Nur Hidayat, sebelumnya warga belum mengetahui tentang manfaat lubang biopori.
Pertemuan rutin RW 18 setiap selapan sekali atau 35 hari sekali pada Jum’at Pahing, Sabtu Pon, atau Ahad Wage, dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN Unit YO-054 Subunit 3 untuk melakukan sosialisasi lubang biopori. Kegiatan sosialiasi yang berlangsung pada Jum’at Pahing, 19 Juli 2024 tersebut disambut baik oleh bapak-bapak yang menghadiri pertemuan RW saat itu. “Alhamdulillah pembuatan lubang biopori didukung oleh warga,” ucap Said selaku Koordinator Pelaksana Kegiatan.
Pak Junarno sebagai Ketua Kelompok Tani Padukuhan Barepan dan Pak Samijo sebagai Ketua RW 18 berharap bahwa lubang biopori tersebut memiliki nilai manfaat jangka panjang bagi warga, terutama dalam hal konservasi air.